
Pembelajaran konstekstual adalah salah satu konsep yang dipandang sebagai strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran. Konsep pembelajaran yang konstekstual ini merupakan pembelajaran aktif antara guru dan siswa. Dimana antara guru dan siswa memiliki peran sendiri-sendiri namun satu sama lain selalu berkaitan.guru dituntut untuk memiliki strategi, metode, dan teknik tersendiri yang tentunya memiliki tujuan untuk membuat para peserta didik menjadi kritis, kreatif, dan problem solver atau dengan kata lain berkembang secara maksimal. Seorang pendidik perlu menyediakan lingkungan yang benar untuk mengeksplore seluruh potensi kreatifnya, memberikan stimulasi pada anak sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak. Stimulasi dapat diberikan dengan cara memberikan kesempatan pada anak untuk menjadi kreatif. Biarkan anak dengan bebas melakukan, memegang, menggambar, membentuk, ataupun membuat dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri. Bebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya. Ketika anak mengembangkan keterampilan kreatif, maka anak tersebut juga dapat menghasilkan ide-ide yang inovatif dan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah serta meningkatkan kemampuan dalam mengingat sesuatu. Suatu cara yang mampu menghidupkan kreativitas anak adalah dengan membebaskan anak menuangkan pikirannya.
Contohnya saja sebelum memulai pelajaran pendidik dapat menawarkan terlebih dahulu lingkungan belajar seperti apa yang peserta didik inginkan, mungkin bisa dengan merubah posisi tempat duduk, menggunakan ruanagan lain, mengatur suasana kelas sesuka hati anak, atau mungkin dengan belajar di luar ruangan baik diterapkan untuk pembelajaran lingkungan. Pendidik harus bisa sekreatif mungkin membuat lingkungan belajar yang nyaman bagi peserta didik. Kemudian dalam berlangsungnya proses belajar, pendidik harus bisa menggunakan metode yang sesuai dan bervariasi, jangan menggunakan metode yang monoton, karena metode yang monoton akan membuat bosan dan tidak menarik bagi peserta didik. Para siswa didik perlu lebih banyak diajak untuk berdiskusi, berinteraksi, dan berdialog sehingga mereka mampu mengkonsep sendiri, bukan dengan cara diceramahi. Para murid juga perlu dibiasakan untuk berbeda pendapat sehingga mereka menjadi sosok yang cerdas dan kritis. Tentu saja, secara demokratis. Seorang guru perlu memberikan penguatan-penguatan sehingga tidak terjadi salah konsep yang akan berbenturan dengan nilai-nilai kebenaran itu sendiri. Melalui suasana pembelajaran yang kondusif dengan memberikan kesempatan kepada siswa didik untuk bebas berpendapat dan bercurah pikir, guru akan lebih mudah dalam menyemaikan nilai-nilai luhur hakiki. Pendidik dapat menggunakan media yang semenarik mungkin, seperti gambar dengan warna-warna menarik, video, alat peraga, dan lain-lain. Selain itu pendidik juga harus dapat mensiasati apabila anak mulai merasa jenuh, bosan, dan tidak tertarik pada materi yang disampaikan, pendidik dapat menyisipkan permainan dalam kegiatan belajar, agar anak dapat segar kembali dan bisa menjadi lebih fokus dalam belajar.. Dengan cara demikian, peran guru sebagai agen perubahan diharapkan bisa terimplementasikan dengan baik. Penerapan konsep seperti ini sesuai untuk digunakan pembelajaran di sekolah dasar, terutama pada kelas rendah.
Pada intinya suatu pembelajaran bertujuan memaksimalakan perkembangan subjek pendidikan yaitu peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut yang perlu dilakukan adalah berkreasi sedemikian rupa dalam proses pembelajaran, mulai dari strategi, metode, teknik dan juga lingkungan. Kreasi ini dilakukan baik dari pendidik maupunpun peserta didik, sehingga terjadi suasana yang kondusif dalam pembelajaran. (REWRITTEN BY KHITDHYS===FROM WORO ESTININGTYAS)